Pengertian
Pengawetan makanan adalah upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada makanan.
A. Macam-macam Pengawetan Makanan
1. Pendinginan
Teknik ini adalah teknik yang paling sering digunakan oleh masyarakat umum dipedesaan dan di perkotaan. Konsep dan teori dari system pendinginan adalah memasukan makanan pada tempat atau ruanganyang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkan kedalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh diwadah yang berisi es.
Para nelayan biasanya menggunakkan wadah yang berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Dirumah-rumah biasanya menggunakan lemari es untuk mengawetkan sayur,buah,daging, sosis, telur,dsb. Suhu untuk mendinginkan makanan biasanya bersuhu 15 derajat celcius. Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 – 4 derajat celcius.
2. Pengasapan
Cara pengasapan adalah dengan meletakkan makanan dalam wadah yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu lama, karena diperlukakan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.
3. Pengalengan
Pengalengan merupakan perlakuan pengawetan makanan, penyegelan dalam kaleng atau botol steril, dan di didihkan pada wadah untuk membunuh atau melemahkan bakteri yang tersisa sebagai bentuk sterilisasi. Atau memasukkan kedalam kaleng alumunium atau bahan logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai pengawet seperti : garam, asam, gula, dsb. Bahan yang dikalengkan biasanya sayur-sayuran, daging, ikan, buah-buahan, susu, kopi, dsb. Teknik pengalengan termasuk paduan teknik kimiawi dan fisika. Teknik kimiawi yaitu dengan member zat pengawet, sedangkan teknik fisika dengan dikalengi dalam ruang hampa udara.
Mekanisme Pengalengan Makanan
a. Penanganan Bahan Kemasan
Standar pengalengan makanan secara komersil sangat tinggi. Namun apabila terjadi kecerobohab serta kesalahan dalam penanganan kaleng/kemasan selama pengolahan atau penyimpanan, maka akan menyebabkan kebocoran baik yang terjadi selama pemasaran atau sesudahnya.
b. Penanganan Kaleng Kosong
Penanganan kemasan kaleng kosong sebelum pengolahan meliputi penanganan kaleng kosong. Penanganan kaleng yang kasar dapat menyebabkan kebocoran kaleng. Kesempurnaan bentuk kaleng perlu mendapat perhatian, karena tonjolan bagian permukaan/mulut kaleng yang berhubungan dengan tutup dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan proses penutupan dan dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran.
c. Penanganan Selama Penutupan Kaleng (double seam)
Hal penting yang harus diperhatikan dalam hal penanganan kaleng adalah bahwa selalu ada kemungkinan bakteri akan masuk kembali dan mencemari produk yang telah disterilisasi, oleh karena itu integritas sambungan dan penutupan kaleng merupakan factor penting.
d. Penanganan Selama Proses Termal
Pemeriksaan alat pengangkut kaleng menuju retort harus diperiksa secara periodic untuk meyakinkan kelancaran proses dan tidak merusakkan kemasan kaleng.
e. Penanganan Selama Pendinginan (cooling)
Prosedur pendinginan perlu dilalkukan terutama untuk mengontrol perubahan/perbedaan tekanan yang terjadi karena proses pendinginan yang terlalu tiba-tiba.
f. Penanganan Kaleng Setelah Pendinginan
Setelah pendinginan, kaleng dalam keranjang retort dikeluarkan dari retort. Pada tahap selanjutnya, kebersihan atau sanitasi peralatan yang kontak dengan kemasan kaleng menjadi sangat penting.
Keuntungan dan Kerugian Metode Pengalengan
Keuntungan :
a. Dapat memformulasi dan mengalengkan berbagai jenis makanan.
b. Mutunya baik dan stabil baik dalam skala besar atau kecil.
c. Kemasan kaleng melindungi isi dari segala bentuk benturan fisik sehingga bentuk isi tetap utuh.
d. Daya awet makanan menjadi lebih lama.
e. Dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja (cocok untuk makanan siap saji).
f. Higienis.
Kerugian :
a. Kerusakan kimia yang paling banyak terjadi pada makanan yang dikemas dalam kaleng (hydrogen swell).
b. Interaksi antara bahan dasar kaleng dengan makanan yang menyebabkan kerusakan makanan kaleng akibat interaksi antara logam pembuat kaleng dengan makanan.
c. Kehilangan zat gizi.
d. Kerusakkan biologis
4. Pengeringan
Mikroorganisme menyukai temoat yang lembab atau basah atau mengandung air. Jadi teknik pengeringan membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara dikeringkan dengan sinar matahari, dioven, atau dipanaskan. Dengan pengawetan jenis ini kadar air semakin berkurang, akibatnya bakteri pembusuk tidak dapat bekembang biak, sehingga makanan tetap awet.
5. Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelupkan dalam konsentrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah manisan buahan, susu, jelly, agar-agar, dll.
6. Pengasinan
Pengasinan dapat menggunakan bahan NaCL atau yang kita kenak sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Teknik ini disebut dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan, contohnya seprti ikan asin yang merupakan perpaduan antara pengasinan dengan pengeringan.
B. Zat-Zat Berbahaya Yang Digunakan Sebagai Pengawet Bahan Makanan
Pengawet digunakan agar makanan lebih tahan lama dan tidak cepat busuk. Bahan pengawet menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroba atau mikroorganisme yang dapat merusak dan membusukkan makanan. Terlalu banyak makanan yang mengandung zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai macam penyakit.
Contoh zat pengawet sintetis beserta efek samping yang telah diketahui :
1. Formalin
(berbahaya untuk dikonsumsi) digunakan sebagai zat pengawet mie, dalam praktek yang sebenarnya Formalin adalah bahan pengawet mayat jdi bkan sebagai pengawet makanan, penggunaan Formalin ini dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung, dan merusak system saraf.
2. Boraks
(berbahaya jika dikonsumsi) digunakan sebagai zat pengawet bakso pada penjual nakal, apabila kita memakannya dapat menyebabkan mual, muntah, diare, kerusakkan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.
3. Natamysin
(berbahaya jika dikonsumsi) digunakan sebagai pengawet makanan atau minuman kaleng, penggunaan Natamysin dapat menyebabkan mual, muntah, tidak napsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
4. Kalium Asetat
Bahan pengawet ini memiliki fungsi yang sama dengan Natamysin yaitu sebagai pengawet makanan atau minuman kaleng namun penggunaan Kalium Asetat ini dapat menyebabkan kerusakkan fungsi ginjal.
5. Kalsium Benzoate, Natrium Benzoate, Asam Benzoate (C6H5COOH)
Digunakan sebagai pengawet minuman, kecap, margarine, saus, manisan, dan buah kalengan. Bila dikonsumsi berlebihan dapat memicu terjadinya serangan asma.
6. Nitrat
Pengawet yang biasa digunakan untuk mempertahankan warna daging, dapat menyebabkan penghambatan kemampuan sel darah membawa oksigen keberbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, gangguan pada ginjal, dan muntah-muntah.
7. Sulfur Dioksida
Bahan pengawet ini memiliki fungsi yang sama dengan Nitrat yaitu untuk mempertahankan warna daging, bahan ini dapat menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, kanker dan alergi.
8. Kalsium dan Natrium Propionak
Digunakan untuk mengawetkan roti, keju, margarine. Namun apabila bahan ini digunakan dengan berlebihan dapat menyebabkan migren, kelelahan, kesulitan tidur.
9. Natrium Metasulfat
Bahan pengawet makanan dan minuman dapat menyebabkan alergi pada kulit.
C. Keracunan makanan
Jika makanan tidak diawetkan dengan baik maka akan cepat sekali rusak dan membusuk di sebabkan aksi bakteri dan jamur yang tumbuh didalamnya, bila dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan keracunan makanan.
Contoh keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan jamur :
1. Bakteri Salmonella
Bakteri Salmonella datang dalam produk daging, telur, susu dan susu dari hewan. Konsumsi produk-produk makanan yang terkontaminasi menyebabkan infeksi di usus. Hasilnya adalah keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, diare, dan nyeri perut.
2. Bakteri Sta Phylococci
Bakteri Sta Phylococci menghasilkan racun tahan panas. Oleh karena itu, makanan yang terinfeksi mengandung racun didalamnya bahkan setelah bakteri sendiri terbunuh karena panas yang dihasilkan selama memasak.
3. Bakteri Clostridium Botulinum
Pada umumnya, produk manan kaleng merupakan pelabuhan bakteri ini. Bakteri Clostridium Botulinum berkembang biak tanpa adanya oksigen dan menghasilkan racun. Namun, makanan dapat dibuat bebas dari infeksi ini dengan memasak selama beberapa menit pada suhu 100 derajat Celsius. Itulah sababnya dipabrik-pabrik, yang memproduksi makanan kaleng, semua produk makanan kaleng yang dipanaskan sampai suhu 100 derajat Celsius untuk menghancurkan semua bakteri seprti Clostridium Botulinum dan Toksin yang diproduksi oleh mereka.
4. Jamur
Jamur aspergillus tumbuh pada biji-bijian seperi gandum, jagung, dan sayuran. Jamur ini dapat dilihat pada bahan makanan yang tidak disimpan dengan benar dan tetap basah untuk waktu yang lama. Jamur aspergillus menghasilkan racun aflatoksin, bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan makanan yang bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan hati.